Lembaga:

Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Madrasah Ekologi Lintas Iman: Ecofeminisme untuk Pemuda Indonesia

Ruang Belajar Anak Muda Lintas Iman untuk Menguatkan Kepedulian terhadap Krisis Iklim dan Keadilan Ekologis

Oleh: Alifatul Arifiati*

Siang itu, Sabtu 26 April 2025, langit Yogyakarta cerah meski terasa terik. Setelah menempuh perjalanan sekitar 400 km dari Cirebon, saya akhirnya tiba di Teras Merapi, kaki Gunung Merapi, Sleman. Tak ada orang di sekitar tenda-tenda, hanya sejuk dan tenangnya alam. “Saya sudah sampai Teras Merapi,” tulis saya kepada salah satu panitia Madrasah Ekologi.

Para peserta rupanya telah berkumpul sejak pagi pukul 09.00 WIB di Masjid Al-Muharram Bantul—masjid yang dikenal sebagai eco-masjid karena memanfaatkan panel surya dan menginisiasi sedekah sampah. Bukan hanya tempat ibadah, masjid ini menjadi pusat gerakan sosial dan ekologi yang hidup.

Dari masjid itu, sekitar 20 peserta Madrasah Ekologi memulai perjalanannya. Mereka mendengarkan kisah dan refleksi dari para tokoh lintas iman: Pdt. Jimmy Sormin (GPIB Marga Mulya), Aldy Permana (Purpose), Wahyu Haidar (GSS), dan Parid Ridwanuddin (STFT Jakarta), yang membagikan pengalaman tentang upaya menjaga bumi sebagai bagian dari spiritualitas.

Malam sebelumnya, Jumat (25/4), peserta juga mengikuti sesi daring bersama Ulil Abshar Abdalla dari Creighton University dan Abie Dhimas dari Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), bertema “Agama dan Energi Surga”, membahas kontribusi komunitas beragama terhadap transisi energi berkeadilan.

Dari Ekofeminisme hingga Keadilan Antar Generasi

Setibanya di Teras Merapi, peserta berbagi tenda, istirahat, lalu melanjutkan sesi tentang ekofeminisme—gagasan yang menyoroti kesamaan penindasan antara perempuan dan alam. Malamnya, diskusi tentang keadilan antar generasi dan ekologi berlangsung hingga tengah malam.

Hari kedua difokuskan pada workshop penulisan book chapter. Peserta diajak merumuskan gagasan dan outline tulisan sebagai bentuk kontribusi intelektual mereka pada isu lingkungan.

Siapa Kader Hijau Muhammadiyah?

Madrasah Ekologi digagas oleh Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), komunitas muda Muhammadiyah yang fokus pada isu lingkungan, berdakwah lewat aksi nyata: eco-masjid, eco-school (MuGreen), eco-art, dan advokasi lingkungan.

Berdiri sejak 2015 di Surabaya, KHM kini aktif di Yogyakarta, memperkuat narasi keadilan iklim berbasis agama. Program ini juga didukung oleh Yayasan Fahmina dan Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA) melalui skema Participatory Grant Making (PGM).

Kisah Anak Muda: Dari Madura ke Gunung Merapi

Salah satu penggeraknya, Ifanul Abidin, mahasiswa UNY asal Madura, membawa semangat berbeda. Tumbuh di lingkungan Nahdliyin, namun aktif di Muhammadiyah, Ifan membuktikan lintas identitas bukan halangan untuk bergerak bagi bumi.

Ia menolak keras keterlibatan ormas dalam tambang, menyuarakan pentingnya menjaga independensi moral organisasi keagamaan. “Keadilan bukan cuma milik manusia, tapi juga hak alam,” tegasnya.

Ruang Bertumbuh Anak Muda

Kegiatan ini diikuti oleh 20 anak muda dari berbagai daerah: Yogyakarta, Bandung, Kendari, Kalimantan, dan Bangka. Salah satunya Ririn, mahasiswa FISIP UGM asal Bangka yang terkesan dengan metode partisipatif Madrasah Ekologi. “Biasanya saya pendiam, tapi di sini saya bisa nyaman bicara,” ujarnya.

Ada juga peserta termuda, Puri (13 tahun), yang mendapatkan perspektif baru: “Saya sadar, banyak yang sudah peduli lingkungan, tapi tidak kelihatan. Saya ingin menulis dan bersuara lewat blog saya.”

Madrasah Ekologi bukan sekadar pelatihan. Ia adalah ruang perjumpaan, refleksi dan aksi lintas iman dan generasi untuk bumi yang lebih adil. []

*Staff Manajer Departemen Pemberdayaan Masyarakat

Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Terkait

Bukan Pedang tapi Pelukan: Dakwah Nusantara Merawat Moderasi di Tengah Radikalisasi Virtual

Oleh: Muhammad Nashrul Abdillah "Di tengah radikalisasi virtual, yang kita butuhkan bukan pedang, melainkan pelukan yang meneduhkan." Keseimbangan antara nilai universal...

Populer

Artikel Lainnya