Lembaga:

Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Tenangkan Hatimu, Tak Usah Gelisah

Sebuah renungan lembut untuk jiwa-jiwa yang lelah. Dari syair Imam Syafi’i hingga qasidah sufi, semua mengajarkan: gelap tak abadi, dan hati selalu bisa ditenangkan.

Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad

(Pendiri dan Ketua Umum Majelis Pembina Yayasan Fahmina, Pengasuh PP. Dar al Fiqr Arjawinangun)


Entah sejak kapan, ruang sosial kita dipenuhi kegundahan. Seperti udara yang mengendap, terasa berat. Keluhan, desahan panjang, curahan luka hati—muncul di mana-mana. Kadang terbaca di linimasa, kadang masuk diam-diam lewat pesan pribadi.

Aku kerap menerima DM dari teman-teman yang sedang kalut. Mereka menulis panjang, memohon petunjuk untuk menyembuhkan luka batin yang tak tampak oleh mata. Aku hanya bisa membaca perlahan, mendoakan dalam diam agar mereka diberi ketenangan, kekuatan, dan jalan pulih yang lembut.

Di saat seperti itu, aku teringat syair indah Imam Al-Syafi’i. Sebuah puisi yang seolah ditulis untuk jiwa-jiwa yang sedang remuk namun masih ingin tetap mulia:

دعِ الأَيَّامَ تَفْعَلْ مَا تَشَاءُ
وَطِبْ نَفْسًا إِذَا حَكَمَ الْقَضَاءُ
وَلَا تَجْزَعْ لِنَازِلَةِ اللَّيَالِي
فَمَا لِحَوَادِثِ الدُّنْيَا بَقَاءُ
وَكُنْ رَجُلًا عَلَى الْأَهْوَالِ جَلْدًا
وَشِيمَتُكَ السَّمَاحَةُ وَالْوَفَاءُ

Biarkan hari-hari berjalan sebagaimana mestinya,
Tenangkan jiwamu bila takdir telah ditetapkan.
Jangan panik jika malam-malam datang membawa gelisah,
Tak ada peristiwa dunia yang akan abadi.
Jadilah insan yang tabah di tengah badai kehidupan,
Tetaplah memelihara keluhuran budi: santun dan setia.

Dan dari lorong kenangan yang jauh, aku teringat kakekku, Kiai Abdullah Syathori (Allah yarham). Ia sering menyenandungkan qasidah Al-Munfarijah, karya agung sufi besar Ibn al-Nahwi. Dinyanyikan dengan nada yang mendalam, qasidah ini seolah menjadi pelita jiwa di tengah malam yang kelam:

إِشْتَدِّي أَزْمَةُ تَنْفَرِجِي
قَدْ آذَنَ لَيْلُكِ بِالْبَلَجِ
وَظَلَامُ اللَّيْلِ لَهُ سُرُجٌ
حَتَّى يَغْشَاهُ أَبُو السُّرُجِ

Wahai badai, mengamuklah sesukamu, karena kau pasti akan reda.
Gelap malammu telah mengabarkan datangnya fajar.
Malam yang paling kelam pun memiliki pelita,
Dan akan datang Sang Pembawa Cahaya menyingkap segalanya.

Maka untukmu, yang sedang gundah—
Tenangkanlah hatimu.
Tak usah gelisah.
Gelap ini tidak abadi. Fajar akan datang. Dan jiwamu akan kembali terang.

Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Terkait

Bukan Pedang tapi Pelukan: Dakwah Nusantara Merawat Moderasi di Tengah Radikalisasi Virtual

Oleh: Muhammad Nashrul Abdillah "Di tengah radikalisasi virtual, yang kita butuhkan bukan pedang, melainkan pelukan yang meneduhkan." Keseimbangan antara nilai universal...

Populer

Artikel Lainnya