Lembaga:

Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Sidang Rakyat: Suara Publik Melawan Ketimpangan dan Penyalahgunaan Kekuasaan

Ruang alternatif bagi masyarakat menyuarakan kegelisahan dan mengawasi kekuasaan yang melenceng dari harapan publik.

Oleh: Rosidin*

Sidang Rakyat bukan sekadar istilah, melainkan aksi penting di tengah situasi Indonesia yang semakin memprihatinkan. Arah pembangunan negara kian tak jelas, ketimpangan sosial melebar, penyalahgunaan kekuasaan menjalar, intimidasi terhadap warga makin gamblang, perusakan alam dan pemiskinan rakyat berlangsung tanpa tedeng aling-aling. Anehnya, pemerintah tampak tak menyadari semua ini. Atau malah menormalisasi dengan menyebutnya “proses” atau “konsekuensi” — yang hanya dirasakan pahitnya oleh rakyat kecil.

Narasi yang disampaikan masyarakat melalui data dan fakta justru sering dicap sebagai upaya membuat kegaduhan atau mengancam stabilitas kekuasaan. Padahal, suara rakyat bukan ancaman — ia adalah pengingat arah dan panggilan nurani bagi mereka yang memegang kuasa.

Pada 17 dan 21 April 2025, kelompok Bakat Solo menggelar pertunjukan bertajuk “Naar de Republik” di area parkir UIN Raden Said Surakarta dan Sanggar Pasinoan, Solo. Pertunjukan ini membawa semangat Sidang Rakyat ke tengah masyarakat — mengajak mereka tak hanya menonton, tapi aktif bersuara, mengungkapkan keresahan, pengalaman, dan harapan. Pertunjukan ini menjadi ruang interaktif, tempat rakyat menjadi aktor utama dalam menyuarakan apa yang mereka lihat, rasakan, dan alami.

Biasanya, “sidang” identik dengan forum formal seperti pengadilan, DPR, atau rapat organisasi. Namun Sidang Rakyat adalah bentuk sidang yang justru paling esensial: sidang yang dilakukan oleh rakyat untuk rakyat. Sebuah forum terbuka untuk mencari solusi atas persoalan bersama.

Mengapa Sidang Rakyat Penting?

Sidang Rakyat adalah salah satu bentuk kontrol publik terhadap kekuasaan. Ia menjadi wadah:

Meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan. Mengawasi kekuasaan, agar digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Menyuarakan aspirasi dan pendapat tentang isu-isu yang menyangkut kepentingan umum. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah di mata publik. Menumbuhkan kepercayaan antara rakyat dan pengelola negara. Mengurangi konflik, serta mendorong keputusan yang lebih bermutu dan berpihak pada rakyat.

Dalam konteks demokrasi yang sehat dan terlebih di tengah situasi pemerintahan yang cenderung menjauh dari konstitusi dan harapan publik. Sidang Rakyat menjadi bentuk partisipasi penting. Ia adalah pengingat bahwa kekuasaan tidak hanya berada di kursi pemerintahan, tetapi juga dalam kendali para pemodal dan elit yang sering kali mengarahkan negara keluar dari jalur kepentingan rakyat.

Mari, kita hidupkan kembali Sidang Rakyat. Bicarakan secara terbuka persoalan yang kita hadapi. Mari kita sidang mereka yang berkuasa, tapi abai. Mari kita jaga negeri ini dari kekuasaan yang lebih sibuk menguras sumber daya daripada memikirkan nasib bangsanya. []

*Manajer Departemen Pemberdayaan Masyarakat

Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Terkait

Bukan Pedang tapi Pelukan: Dakwah Nusantara Merawat Moderasi di Tengah Radikalisasi Virtual

Oleh: Muhammad Nashrul Abdillah "Di tengah radikalisasi virtual, yang kita butuhkan bukan pedang, melainkan pelukan yang meneduhkan." Keseimbangan antara nilai universal...

Populer

Artikel Lainnya