Lembaga:

Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Menag Apresiasi Kongres Ulama Perempuan di Cirebon

Fahmina.or.id, Cirebon. Menteri Agama Drs. H Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan apresiasinya terhadap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Menurutnya kongres ini merupakan kegiatan yang luar biasa, pertama kali digelar di Indonesia bahkan dunia.

“Saya pikir kegiatan ini (KUPI-red) sebuah kongres luar biasa. Bisa dikatakan kongres ulama perempuan pertama di Indonesia mungkin sedunia,” katanya, sesaat setelah meresmikan gedung SBSN IAIN Syeikh Nurjati Cirebon, Kamis (13/4).

Ia juga menyatakan ulama perempuan harus dikembangkan agar ulama tidak hanya domain laki-laki.

“Ini sesuatu yang mendasar karena memang ulama-ulama perempuan memang harus dikembangkan supaya ulama itu tidak hanya domain peria atau laki-laki,” katanya.

Menag juga menambahkan  bahwa perempuan-perempuan memiliki potensi yang luar biasa untuk menguasai keilmuan keislaman. Ia juga berharap kongres ini dapat berkembang dan memunculkan ulama-ulama perempuan di masa depan.

“Perempuan juga punya potensi yang luar biasa dalam hal penguasaan wawasan keilmuan keislaman. Melalui kongres ini adalah sebuah forum yang sangat baik untuk pengembangan ulama perempuan ke depan,” sambungnya.

Dalam kesempatan itu ia menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa menghadiri kegiatan kongres. Dikarenakan ada kegiatan di hari yang sama untuk membuka Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (Pioner) VIII PTKIN se-Indonesia  di UIN  Ar Raniry, Aceh.

“Saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa hadir, karena saya harus berada di Aceh membuka acara pionir di aceh,” katanya.

Kongres Ulama Perempuan sedianya digelar selama tiga hari yakni tanggal 25 sampai 27 april 2017 di PP kebon jambu Al Islamy, Babakan Ciwaringin kab. Cirebon. Serta akan dihadiri 500 perempuan se-Indonesia dan perwakilan luar negeri.

(zen ab)

 

Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Terkait

Bukan Pedang tapi Pelukan: Dakwah Nusantara Merawat Moderasi di Tengah Radikalisasi Virtual

Oleh: Muhammad Nashrul Abdillah "Di tengah radikalisasi virtual, yang kita butuhkan bukan pedang, melainkan pelukan yang meneduhkan." Keseimbangan antara nilai universal...

Populer

Artikel Lainnya