Lembaga:

Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Membangun Kesadaran Inklusif dan Melawan Stigma

Yayasan Fahmina fasilitasi ulama perempuan dari lima kota untuk memahami disabilitas sebagai konstruksi sosial, bukan semata keterbatasan fisik.

Oleh: Zaenal Abidin

Dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Penguatan Hak-Hak Disabilitas bagi Ulama Perempuan yang diselenggarakan oleh Yayasan Fahmina, para peserta diajak menggali lebih dalam pemahaman mengenai disabilitas, bukan sekadar sebagai kondisi fisik, tetapi sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh lingkungan, kebijakan, serta cara pandang masyarakat.

Kegiatan ini diikuti oleh 25 ulama perempuan dari berbagai kota seperti Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Malang, dan Tulungagung. Pelatihan ini dipandu oleh Nurul Saadah Andriani, advokat hukum disabilitas dan fasilitator berpengalaman dalam isu-isu inklusi pendiri Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak (SAPDA Jogj).

Menembus Batas: Disabilitas dalam Lensa Sosial dan Keagamaan

Siti Rofiah, peserta asal Semarang, menyoroti keterbatasan bahasa sebagai hambatan utama dalam dunia pendidikan keagamaan. “Tidak semua guru ngaji bisa terkoneksi langsung dengan penyandang disabilitas karena keterbatasan pemahaman bahasa dan akses,” ujarnya.

Senada dengan itu, Saadah, fasilitator pelatihan, mengingatkan bahwa lebih dari 8% populasi Indonesia adalah penyandang disabilitas, baik yang terlihat secara fisik maupun tidak. “Disabilitas bukan sekadar soal tubuh yang berbeda, tetapi juga lingkungan yang tidak mendukung. Hambatan sosial, infrastruktur, dan stigma masih menjadi penghalang utama,” tegasnya.

Disabilitas: Beragam, Bukan Tunggal

Dalam sesi pembelajaran, peserta diajak memahami lima ragam utama disabilitas:

  • Fisik: Hambatan pada fungsi gerak seperti lumpuh atau amputasi.

  • Intelektual: Hambatan dalam berpikir, memahami, atau mengingat akibat IQ di bawah rata-rata.

  • Mental: Gangguan pada kondisi jiwa seperti bipolar atau depresi.

  • Sensorik: Hambatan pada penglihatan, pendengaran, atau wicara.

  • Ganda: Kombinasi dari dua atau lebih jenis disabilitas.

Diskusi kelompok memperdalam pemahaman ini dengan menggali dampak masing-masing jenis disabilitas terhadap aktivitas harian, sosial, hingga kondisi psikologis.

Suara dari Lapangan: Stigma, Kekerasan, dan Minimnya Fasilitas

Murni, pengasuh pesantren tuli di Jepara, berbagi bahwa difabel fisik masih sering menghadapi perundungan, kekerasan, bahkan eliminasi sosial. “Stigma tetap membekas walau sudah belajar di SLB. Infrastruktur belum ramah dan fasilitas publik masih minim,” ujarnya.

Iin dari Malang menambahkan, tunanetra mengalami keterbatasan akses pada media belajar dan belum tersedia buku-buku yang ramah netra. Di sisi lain, kelompok lain menyoroti persepsi sempit masyarakat seperti anggapan bahwa tunanetra hanya bisa menjadi tukang pijat, atau penyandang disabilitas mental dianggap “orang gila”.

Hambatan Struktural: Pendidikan Belum Inklusif

Masalah pendidikan menjadi sorotan besar. “Sekarang kita bicara pendidikan inklusi, tapi realitanya belum semua sekolah siap,” ujar Siti Rofiah. Hal ini dikuatkan oleh Wiwin dari Yogyakarta, yang menyampaikan bahwa mahasiswa little people kesulitan karena tidak bisa menjangkau fasilitas seperti lift, dan minimnya juru bahasa isyarat di kampus.

Belajar Memahami, Bukan Mengasihani

Pelatihan ini ditutup dengan penekanan penting dari Nurul Saadah bahwa pendekatan terhadap penyandang disabilitas tidak boleh diseragamkan. Masing-masing memiliki karakteristik, hambatan, dan dampak psikososial yang unik. “Disabilitas bukan untuk dikasihani, tapi untuk dipahami. Mereka berhak hidup mandiri, bermartabat, dan berkontribusi dalam masyarakat,” pungkasnya. []

 

Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Terkait

Mengurai Akar Disabilitas dan Mendorong Pemberdayaan Difabel dalam Keluarga dan Masyarakat

Oleh: Zaenal Abidin Pelatihan penguatan hak-hak disabilitas yang digagas oleh Yayasan Fahmina kembali digelar untuk ketiga kalinya pada Jumat, 4...

Populer

Artikel Lainnya