Lembaga:

Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Imam Al-Ghazali dan Tuduhan Kafir

Oleh: KH. Husein Muhammad

Sahabat, aku melihatmu sedang gelisah, berduka dan kacau. Ini gara-gara engkau mendengar caci-maki orang terhadap pikiran-pikiranku yang aku tulis dalam sejumlah buku. Mereka menyatakan bahwa pikiran dan pendapat-pendapatku bertentangan dengan pandangan al-Salaf al-Shalih (generasi awal yang saleh) dan para guru ilmu Kalam.

Menurut mereka berpaling dari pendapat al-Asy’ari, meski hanya dalam satu isu, adalah kekafiran. Menentangnya, meski hanya satu dua masalah saja, adalah kesesatan.

Sahabat yang sedang dirundung kesedihan. Engkau tak perlu bersedih hati. Bersabarlah atas ucapan-ucapan cemooh mereka yang menyakitkanmu itu. Tinggalkan melayani mereka secara baik-baik. Anggap saja itu angin lalu. Tak usah juga dipusingkan oleh mereka yang tak mengerti tentang apa yang sesungguhnya makna ‘kafir’ dan ‘sesat’ itu?.

Manusia paling baik dan paling terhormat di muka bumi, Nabi Muhammad SAW, utusan Tuhan, tak luput dari caci maki dan tuduhan semacam itu oleh beberapa orang keluarganya, teman-temannya, kaumnya sendiri yang tak paham.

Nabi disebutnya sebagai “orang gila” (majnun). Ucapan-ucapan orang paling mulia itu dianggap mereka sebagai “dongeng” dan “mitos” dan cerita legenda belaka. Tak usah engkau menyibukkan diri melayani dan membungkam mulut mereka yang tak paham itu. Tak ada gunanya. Teriakan apapun terhadap mereka tak akan menggoyahkan pendirian mereka. Bukankah anda pernah mendengar puisi ini :

كل العداوات قد ترجى سلامتها إلا عداوة من عاداك من حسد

“Semua permusuhan diharapkan bisa diselesaikan, kecuali permusuhan orang yang dengki (iri hati) kepadamu”.

Pernyataan ini dituliskan Imam al-Ghazali (w.1111 M), dalam bukunya : Faishal al-Tafriqah Baina al-Islam wa al-Zandaqah.

Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58 a.n. Yayasan Fahmina

Terkait

Bukan Pedang tapi Pelukan: Dakwah Nusantara Merawat Moderasi di Tengah Radikalisasi Virtual

Oleh: Muhammad Nashrul Abdillah "Di tengah radikalisasi virtual, yang kita butuhkan bukan pedang, melainkan pelukan yang meneduhkan." Keseimbangan antara nilai universal...

Populer

Artikel Lainnya