Selasa, 8 April 2025 — Di tengah semangat Syawal yang menghadirkan ruang untuk memaafkan, menyapa, dan memperkuat ikatan, jajaran pengurus Yayasan Fahmina melakukan silaturahmi ke sejumlah tokoh pendiri yang telah meletakkan dasar pemikiran dan arah perjuangan Fahmina sejak awal berdirinya. Halal Bihalal kali ini menjadi lebih dari sekadar tradisi tahunan: ia menjelma sebagai ziarah nilai, tempat menyegarkan kembali komitmen dan menghidupkan ulang semangat kolektif.
Rangkaian kunjungan diawali di kediaman KH. Marzuki Wahid, MA, yang berlokasi di Rumah Joglo Majasem, sekaligus menjadi pusat Pesantren Luhur Manhaji Fahmina. Disambut dalam suasana santai namun penuh makna, Kiai Marzuki berbagi pesan tentang pentingnya menjaga napas panjang perjuangan dengan kedalaman berpikir dan ketekunan membangun sistem. Refleksi tentang tantangan sosial dan budaya kekinian turut memperkaya diskusi, sekaligus mengingatkan pada pentingnya kerja institusi yang adaptif namun tetap berpijak pada nilai.
Perjalanan dilanjutkan menuju kediaman KH. Faqihuddin Abdul Kodir, MA, di Klayan. Dalam suasana hangat khas keluarga, Kiai Faqih menyambut pengurus dengan obrolan penuh semangat. Beliau menekankan pentingnya konsistensi dalam mendampingi masyarakat dengan pendekatan yang ramah, adil, dan menyejukkan. Ia juga berbagi optimisme terhadap munculnya generasi baru penggerak keadilan, serta pentingnya menjaga koneksi antar jejaring Islam progresif yang mengarusutamakan keadilan gender.
Dari Klayan, rombongan bergerak ke Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Ciwaringin—pesantren perempuan yang dikenal sebagai ruang tumbuh pemikiran dan gerakan feminis pesantren. Meskipun Nyai Hj. Masriyah Amva, pengasuh pesantren, sedang berhalangan hadir, rombongan disambut dengan hangat oleh putra beliau, Gus Ami. Dalam kehangatan suasana, para pengurus merenungkan kembali peran penting pesantren perempuan sebagai pelopor perubahan dan keberdayaan di tengah tradisi.
Kunjungan terakhir dilakukan ke Pesantren Dar al-Fikr, Arjawinangun, kediaman Dr. (HC) KH. Husein Muhammad. Sosok yang selama ini dikenal luas sebagai ulama pembela hak-hak perempuan ini menyambut dengan ketulusan dan kesederhanaan. Di tengah suasana yang syahdu, Kiai Husein menyampaikan doa dan pesan agar seluruh kerja-kerja Fahmina selalu dilandasi cinta kasih, keberanian moral, dan keberpihakan yang kokoh terhadap yang lemah dan termarjinalkan.
Selama perjalanan ini, para pengurus tidak hanya menerima sambutan hangat secara lahiriah, namun juga siraman spiritual dan intelektual yang memperkuat fondasi kerja mereka. Setiap kunjungan menghadirkan potongan-potongan narasi perjuangan yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari DNA Fahmina.
Turut hadir dalam rombongan ini:
Marzuki Rais (Ketua Yayasan), Rozikoh Sukardi (Sekretaris), Satori (Bendahara), Rosidin (Manajer Program), Suartini (Staf Keuangan), Alifatul Arifiati (Staf Program) dan Zaenal Abidin (Staf Media).
Silaturahmi ini menjadi ruang belajar bersama bahwa perjuangan tak pernah tunggal. Ia selalu tumbuh dalam relasi, dibangun dari percakapan lintas generasi, dan terus disegarkan oleh semangat mereka yang mencintai keadilan dalam diam maupun suara. Di tengah tantangan zaman, pesan-pesan para pendiri menjadi kompas dan penguat: bahwa langkah ke depan mesti tetap dalam irama cinta, ilmu, dan keberpihakan. []